Liputan6.com, Bangkok - Partai politik pro-tentara di Thailand telah memimpin secara tak terduga dalam pemilihan pertama negara itu sejak junta militer berkuasa lima tahun lalu.
Dengan lebih dari 90 persen surat suara dihitung, Partai Palang Pracha Rath (PPRP) telah memperoleh 7,6 juta suara - setengah juta lebih banyak dari oposisi Pheu Thai (berarti: Untuk Thailand), demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (25/3/2019).
Hasil awal tidak terduga, dengan Partai Palang Pracha Rath (PPRP) semula diprediksi oleh banyak orang akan menempati posisi ketiga.
Sementara Pheu Thai terkait dengan mantan PM Thaksin Shinawatra, yang loyalisnya telah memenangkan setiap pemilu sejak 2001 hingga pemerintahannya digeser junta militer pada kudeta 2014.
Pengumuman hasil resmi pemilu ditunda hingga Senin 25 Maret 2019 waktu lokal.
Namun sekarang tampak lebih mungkin bahwa partai pro-militer akan berada dalam posisi untuk membentuk pemerintahan di bawah perdana menteri saat ini, Jenderal (Purn.) Prayuth Chan-ocha, yang memimpin kudeta dengan menggulingkan saudara perempuan Thaksin, Yingluck Shinawatra pada 2014.
Lebih dari 50 juta orang memenuhi syarat untuk memilih, tetapi jumlah pemilih dilaporkan hanya 64%, kantor berita AFP melaporkan.
Thailand telah dilanda ketidakstabilan politik selama bertahun-tahun. Setelah merebut kekuasaan, tentara berjanji untuk memulihkan ketertiban dan demokrasi, tetapi telah berulang kali menunda pemungutan suara.
Menjelang pemilihan, Raja Thailand Maha Vajiralongkorn mengeluarkan pernyataan yang mendesak "perdamaian dan ketertiban" selama proses pemilu.
Pernyataan itu, yang ditayangkan di televisi nasional pada Sabtu 23 Maret 2019 malam, mendesak para pemilih untuk "mendukung orang-orang baik".
Pemilihan ini dilihat terutama sebagai kontes antara partai-partai pro-militer dan sekutu Thaksin.
Dia digulingkan dalam kudeta tahun 2006 dan hidup di pengasingan untuk menghindari hukuman karena penyalahgunaan kekuasaan. Namun dia masih memiliki pengikut yang signifikan, sebagian besar di antara pemilih pedesaan dan kurang makmur.
Pemungutan suara hari Minggu memilih 500 anggota majelis rendah parlemen Thailand. Namun di bawah konstitusi, senat 250 kursi telah ditunjuk oleh militer.
Kedua majelis itu akan bersama-sama memilih seorang perdana menteri - seorang kandidat hanya membutuhkan setengah suara ditambah satu untuk menang.
Simak video pilihan berikut:
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2WflommBagikan Berita Ini
0 Response to "Pemilu Perdana Thailand Era Junta Militer, Partai Pro Tentara Unggul"
Post a Comment