Search

Kisah Relawan Komunitas Dinding Mendidik Anak-Anak Pedagang Pasar Manado

Lingkungan pasar yang keras diyakini para pengelola Komunitas Dinding turut memengaruhi karakter dan perilaku anak-anak para pedagang. Karena itulah materi ajar yang diberikan selain menitikberatkan pada pengetahuan umum, juga pendidikan karakter.

"Selain bertujuan agar anak-anak bisa membaca, menulis, dan menghitung, kami juga berharap bisa membangun karakter yang baik," ujar Windy.

Salah satu contohnya adalah dalam bertutur kata. Masih banyak ditemui anak-anak yang berkata kasar. "Kami melarang mereka jika bertutur kata seperti itu,” ujarnya.

Meski disadari bahwa kehadiran Komunitas Dinding hanya sekitar 2-3 jam saja setiap pekannya, sementara waktu lebih banyak adalah anak-anak dipengaruhi lingkungan pasar. Namun Windy tetap optimis bisa membangun karakter anak. "Setidaknya kami sudah mengajarkan dan mencontohkan hal-hal yang baik itu seperti apa," dia menegaskan.

Kompleks Pasar Bersehati Manado yang terletak di Kelurahan Calaca, Kecamatan Wenang, Kota Manado, merupakan pasar tradisional yang padat. Tidak ada Sekolah Dasar (SD) di dekat situ. Sementara jumlah anak usia sekolah sekitar 100 orang. Sebanyak 50 di antaranya setiap hari Sabtu mengikuti kegiatan belajar bersama Komunitas Dinding.

Windy mengatakan, pihaknya membagi puluhan anak itu dalam tiga kelompok. Yang pertama adalah PAUD, kemudian kelas kecil untuk usia SD kelas 1-3, dan kelas besar untuk kelas 4-6 SD. "Ada empat mata pelajaran pokok yang diajarkan yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Kewarganegaraan," ujar Windy.

Kendala Fasilitas dan Legalitas

Meski namanya Komunitas Dinding, sesungguhnya sekolah ini tidak berdinding. Terletak di lantai 3 salah satu bangunan Pasar Bersehati, kondisi ruangannya cukup memprihatinkan apalagi jika turun hujan. Namun, kondisi itu tak menurunkan minat para pengelola Komunitas Dinding untuk berkarya.

"Kalau kantor kami di lantai dua, sedangkan lantai tiga yang digunakan untuk belajar," ujar Windy.

Hal lainnya yang menjadi kendala sejak Komunitas Dinding ini didirikan adalah terkait legalitas. Sebagai sebuah "Sekolah Alternatif" kendala yang dihadapi oleh Komunitas Dinding tak hanya sebatas ruangan yang tidak representatif atau proses pembelajaran, tapi juga soal legalitas. Apalagi pada usia yang masih muda, anak-anak ini semestinya bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan formal berikutnya.

Beberapa tahun silam, pengurus Komunitas Dinding sempat berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Manado. Namun, anak-anak itu belum bisa diikutkan dalam ujian kesetaraan atau Paket A dan B.

Ketika itu, Dinas Pendidikan Kota Manado menginginkan agar anak-anak tersebut, khususnya yang putus sekolah, bisa bergabung di salah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai syarat bisa mengikuti ujian kesetaraan.

Persoalannya adalah lokasi PKBM itu cukup jauh dari Pasar Bersehati. "Ini yang membuat dilematis. Tapi, kami akan terus cari solusi untuk menyelamatkan anak-anak ini agar mereka bisa mendapat kesempatan sekolah," ujar Ika Salindeho, pengurus Komunitas Dinding saat itu.

Meski berada dalam kondisi seperti itu, tetapi aktivitas belajar setiap akhir pekan selalu seru. Anak-anak pedagang pasar ini mungkin tak tahu soal legalitas, soal ijazah formal, atau pengakuan dari pemerintah. Yang mereka inginkan, bisa berkumpul, belajar, dan bermain bersama, meski dalam kondisi lingkungan belajar yang cukup memprihatinkan.

Simak video pilihan berikut ini:

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy berencana menerapkan muatan kurikulum melalui program penguatan pendidikan karakter disekolah. Penerapan itu berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 yang diyakini dapat memperkuat nilai-ni...

Let's block ads! (Why?)

from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping http://bit.ly/2GW2vAb

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Kisah Relawan Komunitas Dinding Mendidik Anak-Anak Pedagang Pasar Manado"

Post a Comment

Powered by Blogger.