:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2808496/original/072302300_1558080998-IMG_20190515_204412_1_.jpg)
Dadang,50 tahun, salah satu pengumpul besi bekas di area penggusuran lahan reaktivasi kereta, mengaku puas dengan melimpahnya pasokan besi dalam waktu singkat, terlebih potensi roongsokan terbilang sulit selama Ramadan. "Kan jarang ada yang membangun bangunan," kata dia.
Sejak pembongkaran dimulai Jumat pekan lalu, rata-rata kendaraan colt diesel yang ia parkir di lokasi, mampu mengumpulkan besi bekas hingga 3 ton besi besi.
"Pernah juga sampai empat ton, tapi sekarang sudah mulai banyak yang masuk (pengepul)," kata dia.
Tidak ada seleksi ketat yang ia terapkan, seluruh bahan logam yang berhasil dikumpulkan pemulung, bisa bernilai rupiah. "Kalau seng kami hargai hanya Rp1000 per kilo, tapi kalau besi apapun jenisnya Rp3.000 per kilo," ujar dia.
Dadang menyatakan, keuntungan yang ia peroleh dari tumpukan besi bekas cukup menggiurkan, meskipun terbilang kecil, namun melimpahnya pasokan cukup mengatrol harga jual.
"Saya beli Rp3000 kemudian dijual ke pabrik Rp3.700 per kilogram, lumayan kang," kata dia sambil menyeka keringat yang turun di keningnya.
Melihat masih banyaknya potensi bangunan yang belum dibongkar, ia berencana terus mengikuti perkembangan reaktivasi kereta api.
"Saya dengar sekarang (pembongkaran) menuju ke arah timur sekitar Babakan Abid," kata dia.
Tak lupa ia menyelipkan terima kasih kepada PT Kereta Api yang telah kembali mengaktifkan kereta lawas di Garut.
"Saya sendiri sebagai warga Garut tentu bersyukur hingga akhirnya kereta api kembali melintasi Garut," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Aksi penghalangan dilakukan karena sang pengendara tetap nekad melintas meski sudah ada peringatan adanya kereta api yang akan melaju.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rezeki Nomplok di Balik Pengosongan Lahan Jalur Kereta Api di Garut"
Post a Comment