:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2818231/original/028441100_1559070174-MASJID_SAKA_TUNGGAL_2-Ridlo.jpg)
Usai berdoa, tiap malam Ramadan, jemaah akan melakukan tradisi makan nyamikan atau makanan kecil yang dibuat secara bergilir oleh warga. Di sela itu, sejumlah anggota jemaah melakukan tadarus rutin tiap malam pada bulan Ramadan.
Aktivitas ibadah Ramadan akan bertambah seiring masuknya 10 hari terakhir Ramadan, atau malam likuran. Jemaah akan melakukan sejumlah tradisi, di antaranya kepungan.
Itu dilakukan sebagai pertanda bahwa jemaah bersyukur telah melewati sebagian bulan Ramadan dengan selamat dan menginjak sepertiga akhir Ramadan yang dipercaya sebagai malam-malam penuh berkah.
Keunikan lain masjid ini adalah tinggalnya ratusan monyet di sekitar masjid. Keberadaan monyet-monyet ini diyakini tak kalah tua dengan keberadaan masjid.
Ada legenda yang menyebut bahwa monyet ini merupakan jelmaan santri yang dikutuk lantaran abai dengan panggilan ibadah salat Jumat. Oleh Kiai Tolih, santri-santri itu dikutuk.
"Monyet itu kan tabiatnya susah diatur. Ya ceritanya seperti itu," Sulam mengungkapkan.
Dahulu, konon monyet hidup berdampingan dengan penduduk setempat. Akan tetapi, kini monyet justru sangat menggangu. Monyet kerap masuk ke rumah penduduk dan merusak apa yang ada di rumah tersebut. Tanaman juga tak luput dari serbuan monyet.
Sayangnya, kini monyet telah berubah menjadi hama. Seorang warga, Karsini menduga, jumlah makanan yang tersedia di hutan tak lagi sebanding dengan jumlah monyet yang mencapai ratusan ekor. Mereka terbagi menjadi lima koloni.
Namun, warga tak pernah menyakiti atau membunuh monyet ini. Sebab mereka percaya bahwa monyet ini adalah peninggalan masa lalu yang harus dijaga.
"Ya paling digusah, diusir," ucap Karsini.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Tradisi Unik Usai Tarawih Penganut Aboge di Masjid Saka Tunggal Banyumas
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tradisi Unik Ramadan Islam Aboge di Masjid Tertua Indonesia"
Post a Comment