Search

Media Australia: Pemberontakan dan Taktik Jahat Picu Malcolm Turnbull Lengser dari Kursi PM

Liputan6.com, Canberra - Sejumlah politisi Partai Liberal Australia yang "memberontak" terhadap kepemimpinan Malcolm Turnbull, diketahui menggunakan "taktik jahat" dalam "kudeta" gagal untuk menempatkan Menteri Dalam Negeri Peter Dutton sebagai perdana menteri --menurut laporan media nasional Australia, ABC, seperti dikutip dari portal ABC Indonesia, Senin (10/9/2018).

Sumber-sumber ABC mengungkapkan, dalam periode "satu pekan yang menegangkan" di akhir Agustus 2018, para pendukung Peter Dutton --Mendagri pada masa Malcolm Turnbull dan kemudian Scott Morrison-- sering memasuki kantor politisi Partai Liberal lainnya tanpa diundang.

Mereka menolak keluar sebelum anggota yang didatangi itu menandatangani dukungan bagi digelarnya pemilihan pimpinan partai yang baru.

Salah satu sumber menyebutkan setelah "sedikit bertengkar" barulah mereka mau meninggalkan ruangan.

Tekanan kubu Dutton juga dilakukan di ruang rapat Parlemen memaksa politisi faksi pemerintah lainnya untuk mendukung petisi tersebut.

Malcolm Turnbull yang saat itu masih menjabat perdana menteri, justru menuntut adanya dukungan minimal 43 nama politisi sebelum menyetujui digelarnya pemilihan pimpinan.

Informasi yang diperoleh ABC menyebutkan para politisi Liberal itu "diancam" masalah pencalegan dalam pemilu mendatang, jika tidak mendukung Menteri Dutton.

Bahkan, kabarnya, mereka pun dipaksa menunjukkan surat suara yang telah diisi sebagai bukti dukungan, meski sifat pemilihan itu adalah tertutup.

Salah satu anggota DPR Partai Liberal mengatakan adanya politisi tertentu yang ditugaskan memeriksa surat suara mereka di dalam rapat partai hari Jumat.

Namun, Menteri Dutton akhirnya kalah suara dari Scott Morrison, 40 berbanding 45. Morrison pun terpilih jadi ketua baru Partai Liberal sekaligus perdana menteri Australia.

Tak lama setelah itu, anggota DPR Australia dari Partai Liberal Julia Banks mengumumkan dirinya tidak akan ikut pemilu lagi setelah mengalami intimidasi.

Sementara Senator Partai Liberal Lucy Gichuhi, melontarkan ancaman untuk menyebutkan dan mempermalukan koleganya yang melakukan intimidasi selama "kudeta" gagal tersebut.

Senator Gichuhi sendiri sudah terdegradasi sebagai caleg di salah satu dapil yang tak mungkin dimenangkan Partai Liberal dalam pemilu Australia mendatang pada 2019.

Anggota parlemen perempuan lainnya termasuk Sarah Henderson dan Linda Reynolds juga diketahui mengalami tekanan selama "kudeta" tersebut.

Sementara Menteri Urusan Wanita Kelly O'Dwyer menyatakan dirinya berbicara kepada anggota parlemen lainnya, dan "jelas bahwa mereka menjadi sasaran ancaman dan intimidasi".

Menteri Urusan Kabinet Mathias Cormann, salah satu mendukung Dutton, mengatakan taktik Malcolm Turnbull menjelang pemilihan itu justru menambah tekanan bagi rekan-rekannya.

"Tak ada salahnya meyakinkan satu sama lain. Namun harus dilakukan dengan sopan dan terhormat," katanya kepada Sky News.

Beberapa pendukung Dutton lainnya, termasuk Andrew Hastie, Michael Sukkar, James Paterson, Zed Seselja, Tony Pasin dan Jonathon Duniam, membantah terlibat perundungan.

Senator Seselja mengatakan dia tidak melihat adanya bukti intimidasi, namun tidak menepis tuduhan itu.

Simak video pilihan berikut:

Let's block ads! (Why?)

from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2x36GEi

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Media Australia: Pemberontakan dan Taktik Jahat Picu Malcolm Turnbull Lengser dari Kursi PM"

Post a Comment

Powered by Blogger.