Gempa Ansei-Nankai yang terjadi pada tahun 1854 silam di Jepang, diketahui berkekuatan 8,4 skala Richter. Di Pulau Kyushu yang berlokasi di selatan, bencana tersebut merenggut sekitar 10.000 nyawa.
Namun, banyak masyarakat Negeri Matahari Terbit sibuk menyalahkan seekor lele raksasa, yang dijuluki Nazu. Mitos hewan raksasa ini konon tinggal di bawah perut Bumi, tepat di bawah Jepang.
Gerakan liar ikan berwarna hitam dan berkepala gepeng itu diyakini memicu guncangan hebat. Hanya Dewa Kashima yang bisa mengendalikan polahnya.
Berbeda dengan mayoritas masyarakat Negeri Sakura, seorang pria paruh baya bernama Hamaguchi Gohei, merasa gempa yang dirasakannya itu sangat tak biasa.
Durasinya panjang, gerakan yang berdenyut membuat kepala pria itu puyeng bukan kepalang. Dari balkon rumahnya yang terletak di atas bukit, mata Hamaguchi memandang ke arah kampung halamannya di Hiro-Mura, Semenanjung Kii.
Lalu, ia pun bangkit dari duduknya, memandang ke arah laut yang seketika terlihat gelap gulita. Ombak bergerak terbalik, menjauhi bibir pantai. Segara yang surut membuat ikan-ikan menggelepar di atas pasir. Penduduk desa juga menyaksikan fenomena itu. Ramai-ramai mereka berlarian menuju pantai, ke laut yang mendadak berubah jadi daratan.
Hamaguchi sadar, malapetaka segera terjadi. Tak cukup waktu untuk memperingatkan penduduk desa atau meminta para biksu membunyikan lonceng keras-keras. Ia berpikir keras, dan kemudian ingat tumpukan padi di sawah.
Seperti dikutip dari situs Inamuranohi.jp, Hamaguchi menyuruh cucunya yang berusia 10 tahun, Tada, mengambil obor dan kayu pinus. Seketika ia membakar lumbung itu dalam diam.
Tanpa perlu menjelaskan alasan tindakannya tersebut, posisi sebagai saudagar kaya di kampungnya, membuat Hamaguchi mudah memengaruhi banyak orang. Banyak warga kemudian mengikutinya beerlari ke atas bukit tanpa berani bertanya lebih jauh.
Sesampainya di atas bukit, Hamaguchi langsung menunjuk ke arah laut. Semua mata pun menoleh ke mana ujung jarinya mengarah. Warga desa menyaksikan ombak raksasa meluncur cepat. "Tsunami!," suara teriakan orang-orang teredam gemuruh.
Gelombang gergasi menghantam bukit. Sampai lima kali. Cipratan air bercampur busa membumbung tinggi. Mata-mata mereka menatap sedih ke bawah, ke rumah-rumah yang rata dengan tanah. Harta benda mereka musnah digulung bah.
Kemudian, suara Hamaguchi memecah keheningan. "Itu alasan mengapa aku membakar lumbung padi." Hari itu ia menyelamatkan 400 nyawa.
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2RmShMsBagikan Berita Ini
0 Response to "2 Legenda yang Selamatkan Banyak Nyawa dari Tsunami"
Post a Comment