Search

26-10-2017: Kabar tentang Korban Tsunami Tertua di Muka Bumi Mendunia

Liputan6.com, Port Moresby - Tsunami Aceh 2004 yang menewaskan sekitar 230 ribu manusia dan peristiwa serupa di Jepang pada 2011 yang mengakhiri nyawa 16 ribu orang -- selama dua dekade terakhir warga dunia kian akrab dengan efek menghancurkan gelombang gergasi tersebut.

Namun, sejatinya, tak ada yang baru dalam tragedi semacam itu. Sepanjang periode sejarah dan prasejarah di kawasan Pasifik sering diwarnai bencana tsunami.

Datangnya gelombang raksasa yang memicu kematian massal, pengabaian permukiman di pinggir pantai, pergerakan orang ke pedalaman atau ke atas bukit, hilangnya sumber daya pesisir, melecut peperangan, dan merusak jalur perdagangan.

Kisah dinding air tinggi, yang tanpa ampun menerjang daratan, beredar dari mulut ke mulut, dalam tradisi lisan, yang kemudian kian terlupakan seiring zaman. Padahal, bencana di masa lalu berpotensi terulang entah kapan.

Untuk menguak bencana yang terjadi pada masa lalu, bukti-bukti geologis dan biologis terbukti menjadi petunjuk yang berharga.

Termasuk kisah manusia yang jadi korban tsunami tertua. Sejumlah media massa dunia mengabarkan hasil identifikasi tersebut pada 26 Oktober 2017.

Seperti dikutip dari jurnal imiah online PLoS ONE, sebuah tengkorak manusia ditemukan dalam survei geologi di Papua Nugini utara pada 1929, tepatnya di Paniri Creek, di sepanjang kaki Pegunungan Torricelli, sekitar 12 km dari Sissano Lagoon, di mana tsunami besar melanda pada 1998 yang memicu kematian lebih dari 2.000 orang.

"Kami menemukan bahwa sedimen di mana tengkorak itu ditemukan, terbentuk selama palaeotunami pada zaman Pertengahan Holosen. Tengkorak itu mungkin adalah korban tsunami," demikian paparan para ilmuwan dari Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat seperti dikutip dari journals.plos.org.

Ahli geologi, Paul Hossfeld, yang menemukan tengkorak itu yakin, sosok empunya adalah bagian dari spesies Homo erectus, nenek moyang manusia yang hidup lebih dari 1 juta tahun lalu.

Namun, penanggalan radiokarbon menunjukkan, usianya 'hanya' 6.000 tahun.

"Sedimen unik yang membungkus Tengkorak Aitape konsisten dengan kondisi yang dilaporkan setelah tsunami di Papua Nugini pada 1998," demikian laporan yang ditulis para ilmuwan James Goff, Mark Golitko, Ethan Cochrane, Darren Curnoe, Shaun Williams, dan John Terrell.

Para ilmuwan menemukan bahwa sedimen lokasi ditemukannya tengkorak, juga mengandung fosil diatom laut dalam. Organisme mikroskopis tersebut merupakan tanda yang menunjukkan, air laut pernah menenggelamkan daerah tersebut di beberapa titik.

"Para peneliti juga menemukan tanda geokimia yang cocok dengan jejak yang mereka kumpulkan pada tahun 1998, yang menjadi bukti tambahan bahwa tsunami telah terjadi sekitar 6.000 tahun yang lalu.

"Temuan itu menunjukkan bahwa tsunami mungkin telah berkontribusi pada mobilitas komunitas dan individu yang lebih dinamis, yang pada akhirnya mengarah pada ikatan sosial yang lebih luas, dan ... penyebaran materi dan gagasan dan praktik baru di Pasifik barat daya selama periode beberapa ribu tahun yang lalu."

Sama seperti yang terjadi pada 1998, tsunami yang menerjang 6.000 tahun lalu juga menghancurkan permukiman di pinggir pantai. 

Lalu, mengapa hanya tengkorak yang ditemukan, tanpa tulang lainnya? Mungkin, ini yang terjadi: para peneliti mencatat bahwa pada tsunami 1998, banyak korban hanyut ke laguna. Lalu, jasad mereka dimangsa buaya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Gempa dengan kekuatan 7,4 skala Richter (SR) mengguncang timur laut Jepang, dekat Prefektur Fukushima pada pukul 06.00 waktu setempat, Selasa 22 November 2016.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2qcPdWH

Bagikan Berita Ini

0 Response to "26-10-2017: Kabar tentang Korban Tsunami Tertua di Muka Bumi Mendunia"

Post a Comment

Powered by Blogger.