"Kemarin ada pengerukan lumpur di sungai, itu sebelum hujan. Tapi setelah hujan tetap keruh," ucapnya.
Agus mengungkapkan, sejak ekplorasi PLTP Baturraden dimulai sekitar dua tahun lalu, sebanyak enam desa di Kecamatan cilongok telah terdampak. Bahkan, kini dampak itu semakin meluas hingga Kecamatan Pekuncen, Banyumas.
Enam desa itu yakni, Karangtengah, Sikidang, Kalisari, Panembangan Pernasidi, dan Desa Sambirata di Kecamatan Cilongok serta Desa Cikembulan Kecamatan Pekuncen.
Keruhnya Sungai Prukut berdampak pada perekonomian dan mengganggu suplai air bersih beberapa desa sekaligus. Kolam ikan, peternakan dan industri adalah sektor perekonomian yang paling terpukul.
"Ya terhenti. Setidaknya sangat terganggu," dia menjelaskan.
Agus mengakui, PT SAE telah memberi kompensasi kepada masyarakat yang kolamnya terdampak. Warga yang mengandalkan suplai air bersih dari Sungai Prukut pun sudah dikirimi air bersih pada kemarau kemarin.
Namun, menurut dia, kompensasi PT SAE untuk dampak di sektor lainnya belum tertunaikan. Salah satunya, dampak PLTP terhadap persawahan di desa-desa di Kecamatan Cilongok.
proyek PLTP Baturraden telah berdampak berubahnya struktur tanah di ratusan hektare sawah desa-desa di Kecamatan Cilongok dan Pekuncen. Lumpur sawah kini bercampur dengan pasir sehingga keras.
Akibatnya, kesuburan sawah pun berkurang drastis. Ongkos pengolahan lahan pun bertambah tinggi lantaran tanah lebih sulit diolah.
"Itu tukang traktornya pada males, karena lumpurnya keras bercampur pasir kemarin. Katanya akan ada ganti rugi untuk sawah yang kena pasir, tapi sampai sekarang juga belum," dia menenerangkan.
Ia meminta agar PT SAE segera mengantisipasi dampak keruhnya Sungai Prukut dan dampak lainnya. Ia pun meminta agar masyarakat yang terdampak mendapatkan kompensasi. Dengan begitu, reaksi atau gejolak di masyarakat bisa diantisipasi.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mencari Penyebab Sungai Krukut Keruh yang Bikin Warga Banyumas Mengeluh"
Post a Comment