Search

Menelusuri Jejak Tan Joen Liong, Kapitan Tionghoa Bandung

Institusi Kapitan Tionghoa di Hindia Belanda memiliki tiga pangkat, yaitu Majoor, Kapitein dan Luitenant der Chinezen yang secara keseluruhan dipanggil Chinese Officieren atau opsir Tionghoa.

Sebagaimana diungkapkan Justian Suhandinata dalam WNI Keturunan Tionghoa dalam Stabilitas Politik Ekonomi Indonesia (2013), opsir adalah pelayan bagi pemerintah dan masyarakat. Para opsir Tionghoa tidak bergaji meskipun mereka mendapat tunjangan bulanan, dan kekayaan pribadi merupakan prasyarat untuk jabatan itu.

Sementara Benny G. Setiono dalam bukunya Tionghoa dalam Pusaran Politik (2008) menyebutkan, pada pertengahan 1918 pemerintah Belanda mempertimbangkan untuk menghapus sistem opsir Tionghoa dengan harapan seluruh Hindia Belanda dapat dipersatukan dan etnis Tionghoa ditempatkan langsung di bawah pengawasannya.

Setelah mengalami tarik ulur, penghapusan sistem opsir di Hindia Belanda menjadi sebuah keputusan. Kecuali wilayah Batavia.

Keterangan soal siapa Tan Joen Liong dijelaskan Ali Rauf Baswedan dalam Merajut Relasi Bisnis: Surat-surat Tan Joen Liong Kapiten Tionghoa Bandung (2017).

Dikutip dari bukunya, Ali Rauf menjelaskan Tan Joen Liong lahir pada 3 November 1858. Ia berasal dari daerah Jiaoling, Provinsi Guangdong, Tiongkok.

"Keterangan tentang umur sudah saya sampaikan ke dokter Doijer. Saya lahir tahun Masehi 1858. Tanggal dan bulan tidak bisa saya sebut seperti tanggal dan bulan Masehi. Tetapi saya hitung, waktu saya lahir kira-kira 72 hari lagi orang Eropa masuk tahun baru 1859. Hanya saya ingat betul tanggal, bulan, dan tahun kelahiran saya mengikuti almanak Tionghoa, yaitu tahun Kibi, bulan Kauw Gowe, tanggal 28," tulis Tan.

Pemerintah Hindia Belanda memberikan gelar opsir kepada orang-orang Tionghoa tertentu pasca Tragedi Angke pada 1740. Umumnya, orang yang menerima pangkat adalah orang-orang terkemuka, misalkan orang kaya dan pedagang.

Tan Joen Liong merupakan pengusaha sukses di masanya. Sebagaimana surat-surat yang ia tulis kepada relasi bisnisnya setelah ia diangkat menjadi Kapitan Tionghoa Bandung.

Salah satu usahanya yaitu berdagang tapioka. Dalam suratnya kepada L. Platon, seorang pengusaha yang memiliki firma ekspor dan impor di Hindia Belanda sejak 1843, Tan Joeng Liong memberikan keterangan produk yang ia jual.

Tercatat surat pada 23 Desember 1900 itu, Tan Joen Liong memberikan balasan terhadap permintaan L. Platon yang biasa mengekspor tapioka, biji wijen, dan berbagai hasil bumi lainnya, untuk mengirimkan contoh barang yang ia punya. 

"Setiap karung terisi padat. Sudah biasa dikirim ke negara-negara Eropa, Singapura, Hongkong, dan Shanghai. Dan setiap gerbong kereta api menampung 80 karung atau 2000 kati. Jikalau Tuan mau membeli harap memberi kabar,” katanya.

Selain berdagang, Tan Joen Liong juga merupakan sosok yang ulung dalam memenangkan proyek dan tender infrastruktur di era pemerintahan Hindia Belanda.

Kala itu ia berhasil memenangkan tender Pemerintah Hindia Belanda dengan besar proyek sebesar f 4500/tahun. Dikutip dari Ali Rauf Baswedan, proyek yang digarap oleh Tan Joen Liong adalah penyiraman jalan dan pengelolaan sampah di daerah Meester Cornelis, Batavia. Selain itu, ia juga berhasil memenangkan tender untuk sejumlah proyek di wilayah Batavia lainnya.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2CKgZ4s

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Menelusuri Jejak Tan Joen Liong, Kapitan Tionghoa Bandung"

Post a Comment

Powered by Blogger.