:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2377117/original/011393600_1538973173-IMG_20181007_195420.jpg)
Sudah tiga tahun terakhir, perayaan HUT Kota Yogyakarta diwarnai dengan karnaval wayang orang bertajuk Wayang Jogja Night Carnival (WJNC). Acara yang menggabungkan seni tradisi dan Street art itu mampu menarik perhatian warga Yogyakarta yang rela berdesakan dan berkumpul di kawasan Tugu Pal Putih.
WJNC #3 yang digelar tahun ini juga tak kalah ramai. Sekitar 1.400 peserta dari 14 kecamatan menampilkan atraksi dan pawai wayang orang di sepanjang Jalan Sudirman sampai Margo Utomo.
Beberapa pawai wayang yang ditampilkan antara lain, Rama Sinta dari Kecamatan Kotagede, Srikandi dari Danurejan, Kunti dari Gondomanan, Kresna dari Gondokusuman, Larasati dari Kraton, dan Hanoman dari Umbulharjo.
Karnaval wayang dibuka dengan Narasinga yang diperankan oleh perwakilan dari tiap kecamatan. Narasinga merupakan reinkarnasi dari Wisnu.
Sesuai namanya, nara berarti manusia dan singa adalah hewan singa, sosok ini berwujud manusia berkepala singa. Dia sengaja dijadikan Ikon karnaval wayang pada tahun ini karena sarat makna.
Narasinga merupakan pelindung yang merawat semesta. Dia juga menjaga keseimbangan dan menciptakan harmonisasi.
"Perhelatan ini mengukuhkan Yogyakarta sebagai kota budaya penuh toleransi untuk mengikis intoleransi di beberapa titik," ujar Sultan HB X, Gubernur DIY, dalam sambutannya.
Ia menilai ikon karnaval yang berkolaborasi dengan wayang kreatif menjadi media refleksi masyarakat supaya semangat membangun kota tetap berakal kuat pada filosofi kelahirannya.
from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2pEMqW2Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sejarah di Balik Hari Jadi Kota Yogyakarta Setiap 7 Oktober"
Post a Comment