Search

Membaca Nasib Batam Melalui Puisi

Pilihan itu dilakukan dengan kesadaran ingin menjadi lentera dalam kegelapan itu melalui puisi. Puisi berjudul "Surat Rumahitam Angin Musim Utara" tercipta dari kegelisahan tersendiri.

"Musim yang sangat tidak disenangi oleh nelayan. Sekarang musim itu menjadi kenyataan yang utama di Batam. Orang hanya mengenal kota Batam itu menjadi kota lendir. Orang orang datang untuk membuang hajat syahwatnya," kata Tarmizi.

Menurut Tarmizi, Melayu sudah kehilangan roman. Raja Ali Haji telah memberikan pedoman dalam Gurindam 12, 'Jika hendak melihat orang berbangsa, lihat kepada budi dan bahasanya.' Dan lihatlah wajah Batam hari ini, gedung ditinggikan, namun ada yang hilang dari kita, tutur kata dan kelembutan Melayu Raya.

Bagi Tarmizi setiap puisi sangat sufistik, mengingatkan manusia pada moral, menyampaikan kejernihan hati, pesan-pesan kebaikan.

"Menulis puisi adalah menulis nasib kehidupan, memvisualisasikan realitas, dan masa depan seperti apa yang akan kita hadapi. Kota ini jangan sampai hilang arah," katanya.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2Wf5MiF

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Membaca Nasib Batam Melalui Puisi"

Post a Comment

Powered by Blogger.