:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1928717/original/026090400_1519375749-1.jpg)
Berbagai pihak mengapresiasi kebijakan baru Facebook ini, salah satunya disampaikan oleh Kristen Clarke. Ia adalah presiden dan direktur eksekutif Komite Pengacara untuk Hak Sipil di Bawah Hukum, sebuah kelompok advokasi legal yang berbasis di Washington.
"Ini sudah lama tertunda karena negara terus berurusan dengan cengkeraman kebencian dan peningkatan supremasi kulit putih yang kejam," kata Clark. "Kami membutuhkan sektor teknologi untuk melakukan bagiannya untuk memerangi upaya ini," lanjutnya.
Meski strategis, langkah Facebook untuk menghindari potensi ancaman kaum supremasi putih tersebut juga dipandang skeptis.
Mark Potok, seorang rekan senior di Pusat Analisis Hak Radikal, mengatakan larangan baru Facebook dapat membatasi penyebaran retorika nasionalis kulit putih, tetapi ia masih meragukan kesuksesannya.
"Kita akan melihat apakah mereka mampu menegakkan ini," kata Potok seperti dikutip oleh kantor berita AFP. "Ada ribuan pos nasionalis kulit putih di Facebook setiap hari. Mereka tidak dapat menghentikan video Christchurch, jadi akan sulit untuk melakukan ini."
Menanggapi hal tersebut, Facebook mengatakan bahwa pihaknya akan mulai menghubungkan orang-orang yang mencari kata kunci tertentu --berhubungan dengan supremasi putih-- dengan sebuah organisasi bernama Life After Hate yang berfokus membantu orang-orang meninggalkan kelompok yang menebarkan kebencian.
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping https://ift.tt/2Wt0obPBagikan Berita Ini
0 Response to "Pasca-Penembakan Selandia Baru, Facebook Blokir Konten Kebencian Supremasi Putih"
Post a Comment