:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2759386/original/052951900_1553332051-201090323-Bunga-Sakura-AFP2.jpg)
Liputan6.com, Aceh - Matahari telah kembali ke tetirah, gelap menyelimuti, suara jangkrik dan tonggeret yang berbunyi di tengah rimba membuat suasana terasa semakin mistis. Namun, dua sejawat itu belum beranjak. Mereka sepakat bertahan atau pulang tanpa hasil.
Hari itu, Riza Arifin (26) dan temannya tengah berburu sarang lebah liar (Apis dorsata) di tengah rimba Rawa Nipah. Selain menahan perihnya gigitan nyamuk hutan, Riza pun harus berjuang melawan rasa takut ketika mengambil sarang di pohon yang tingginya mencapai puluhan meter.
"35 meter dari atas tanah, di atas pohon bersama lebah," kenang Riza menceritakan pengalaman pertamanya berburu sarang lebah liar penghasil madu, kepada Liputan6.com, Minggu (31/3/2019).
Riza dan rekannya berhasil membawa pulang sebongkah sarang yang menghasilkan 3 botol madu. Sejak hari itu, pemuda kelahiran 1 Januari 1993 ini memutuskan untuk menjadi seorang pencari sarang lebah liar penghasil madu, sebuah pekerjaan yang menurutnya cukup menantang dan memicu adrenalin.
"Saya sudah 2 tahun memulai petualangan mencari madu di hutan. Berbagai rintangan saya temui, dengan medan hutan yang menantang, berlika-liku, rawa-rawa, sungai dan pegunungan. Terkadang tidak tahu lagi sehari sudah berapa kilometer berjalan. Terjatuh, disengat lebah, kadang-kadang pulang dengan tangan kosong. Tapi itu semua saya nikmati dan bersyukur," tutur Riza.
Butuh keberanian untuk menekuni pekerjaan tersebut. Awalnya, Riza mengaku tergidik melihat kawanan lebah liar berjumlah ratusan mengerubungi sarang mereka yang terlihat menghitam dan membuat bulu roma berdiri.
"Awalnya merinding. Karena itu lebah liar bukan seperti yang sengaja dikembangbiakkan orang-orang. Kita harus fokus dan penuh konsentrasi. Keduanya harus padu ditambah keberanian," terang Riza soal trik yang digunakannya saat mengambil sarang lebah.
Riza mengaku tak memakai pelindung apa-apa ketika mengambil sarang-sarang tersebut. Ia juga tak mengamalkan doa tertentu agar selamat dari sengatan lebah. "Tidak perlu doa-doa tertentu agar selamat dan mendapat hasil. Hanya modal Bismillah," ujarnya seraya terkekeh.
Untuk mengendus keberadaan sarang lebah penghasil madu, Riza membuntuti lebah yang hinggap di genangan air atau sedang mengisap sari dari putik bunga atau buah di pinggiran hutan. "Biasanya kita ikutin saja lebah tersebut. Dia itu selalu tidak jauh-jauh dari sarangnya," kata Riza.
Riza memanfaatkan dedaunan yang dibakar terlebih dahulu untuk mengambil sarang lebah. Gunanya untuk mengasapi sarang agar kerumunan lebah menjauh.
"Saat sarang lebah terkena asap, lebah akan bereaksi seakan-akan sarangnya terbakar. Lebah akan membasahi tubuhnya dengan madu dan menjadi lemah, sehingga berpindah ke bawah sarang, dan tidak banyak melawan. Sementara lebah lainnya juga ada yang pergi menjauh," terangnya.
Sarang dipotong beberapa bagian, dimasukkan ke dalam timba, lalu diperas, hasil perasan dimasukkan ke dalam botol sirup. Riza menjual madu hasil buruannya dengan harga Rp300 ribu per botol.
Riza lebih banyak menawarkan madu miliknya kepada orang terdekat. Selain itu, ia juga memanfaatkan hubungan pertemanan di media sosial, Facebook, untuk promosi.
Pemuda yang mengaku hobi mancing ini sering mengunggah foto madu hasil buruannya ke raksasa media sosial besutan Mark Zuckerberg tersebut. Kebanyakan pembeli masih di seputaran Kabupaten Aceh Barat, tetapi, tidak jarang ada yang memesan dari luar daerah, misal Banda Aceh, karena tertarik melihat unggahan Riza.
"Stok lumayan banyak di rumah. Namun, belum dipasarkan massal, karena takut permintaan membludak. Sedangkan untuk mendapatkan madu original itu ada waktu-waktunya. Tidak tiap bulan madu ada di sarang. Apalagi, untuk mencari sarang lebah yang terdapat madu juga susah. Saat ini saya tawar hanya ke sahabat, dan Alhamdulillah banyak yang minat," kata Riza.
Menurut Riza, untuk membedakan mana madu yang asli dan palsu, dapat dilihat dari bobotnya saat madu telah dimasukkan ke dalam botol. Madu asli biasanya lebih berat. "Sedangkan madu manisan, itu ringan," jelasnya seraya mewanti-wanti agar tidak mudah teperdaya atau terkecoh dengan penjual yang menjual madu dengan harga murah.
"Itu madu campuran, bukan ori. Mana mungkin madu dijual dengan harga Rp100 ribu, atau Rp50 ribu per botol," Riza menegaskan.
from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2TPBbXsBagikan Berita Ini
0 Response to "Jelajah Rimba demi Mendulang Madu dari Sarang Lebah Liar"
Post a Comment