Search

Negara Bukan Barak Tentara, Kala Banyak Rakyat Brasil Menyesal Memilih Bolsonaro

Rafael Alcadipani, seorang dosen di Yayasan Getulio Vargas, Brasil mengatakan situasi di negaranya sekarang tidak kunjung berbeda dari pemerintahan yang lama.

"Perasaan, situasi saat ini lebih buruk daripada sebelum pemilihan," kata Alcadipani.

"Semua orang menginginkan perubahan dalam masyarakat, tetapi panglimanya (Bolsonaro) tidak menunjukkan dirinya mampu memberikan segala jenis perubahan itu," lanjutnya.

Jose Alvaro Moises, seorang dosen Ilmu Politik di Universitas Sao Paulo mengatakan, Bolsonaro hanya berfokus "mengadopsi kebijakan kontroversial yang ia gunakan demi memobilisasi pemilih" semata dalam masa kampanye.

"Namun ia tidak menawarkan perspektif tentang apa yang harus dilakukan pemerintah untuk keluar dari krisis. Memang ia mengkritik pemerintahan yang lama, namun tidak ada indikasi apa yang baru," kata Moises sebagaimana dimuat oleh media lokal The Brazilian Report.

Sementara itu Fernando Schuler, ilmuwan politik dan profesor di Insper mengatakan bahwa kegagalan Bolsonaro akan segera menurunkan popularitasnya yang didapat pada pemilu.

"Karena negara ini sedang mengalami krisis dengan pengangguran yang tinggi dan lambatnya pertumbuhan. (Bolsonaro) memiliki sedikit pengalaman politik dan beberapa kesalahan (dalam hal) negosiasi telah terjadi," katanya.

Menanggapi kebiasaan Bolsonaro mengkritik lembaga survei yang membahas kegagalannya, Schuler mengatakan, "Saya tidak berfikir bahwa kritiknya terhadap lembaga survei adalah masalah yang besar. Ini adalah bagian dari demokrasi untuk mengekspresikan kritik dan dikritik."

Hal senada terkait penurunan dukungan juga disampaikan oleh Roberta Braga, salah satu direktur di Atlantic Council's Adrienne Arsht Latin America Centre yang berbasis di Washington DC.

"Dia kehilangan banyak dukungan. Jelas butuh waktu untuk mengimplementasikan reformasi yang sangat kompleks ini," kata Braga.

Bidang Keamanan dan Ekonomi

Sebagaimana diketahui, salah satu janji kampanye Bolsonaro adalah menghentikan kekerasan dengan mempermudah kepemilikan senjata. Benar saja, dua minggu setelah dilantik ia melonggarkan peraturan untuk menyimpan senjata api di rumah warga.

Namun sayangnya, sebagian penduduk menganggap langkah itu sama sekali tidak berfokus pada keamanan.

Adapun angka kematian warga sipil justru melonjak tajam, khususnya pasca-terpilihnya gubernur Negara Bagian Rio, Wilson Witzel.

Mengutip Channel News Asia, dalam dua bulan pertama pemerintahan Witzel, 305 orang terbunuh oleh aparat. Adapun menurut statistik pemerintah, terdapat satu kematian seperti itu setiap empat setengah jam.

Tak elak, kasus pembunuhan di Brasil saat ini meningkat 17,6 persen dibandingkan periode yang sama pada 2018. Sebuah rekor tertinggi selama 16 tahun dalam konteks pembunuhan dengan keterlibatan aparat pemerintah.

Sementara itu, tingkat pengangguran tetap tinggi di bawah kepemimpinan Paulo Guedes, menteri ekonomi ramah pasar bebas. Begitu pula kebijakan pensiun yang justru semakin buruk.

"Kami memiliki keraguan serius tentang kapasitas pemerintah untuk terus melakukan reformasi ini," kata Andre Perfeito, kepala ekonom di pialang Necton di Sao Paulo.

"Janji utama Bolsonaro adalah reformasi kebijakan pensiun. Dan dia tidak melakukan usaha politik untuk mewujudkannya."

Tanggapan Bolsonaro

Seolah menanggapi berbagai krtitik yang dilayangkan kepadanya--termasuk anggapan bahwa dirinya tidak berpengalaman dalam politik, Jair Bolsonaro mengatakan satu kalimat menarik dalam sebuah pidato baru-baru ini.

"Saya tidak dilahirkan untuk menjadi seorang presiden," katanya, sebagaimana dimuat oleh laman New York Times. "Aku dilahirkan untuk menjadi seorang prajurit."

Let's block ads! (Why?)

from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2GcRB7A

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Negara Bukan Barak Tentara, Kala Banyak Rakyat Brasil Menyesal Memilih Bolsonaro"

Post a Comment

Powered by Blogger.