Search

Tenang, Pemilu Bukan Akhir Segalanya

Berlin - Pemilihan Umum (pemilu) 17 April 2019 sudah di ambang mata, para buzzer di media sosial makin nyaring bersuara, bawel, dan bikin pusing. Kandidat presiden dan wakil presiden yang berlaga di pilpres 2019 pun pol-polan tampil di masyarakat.

Seperti dikutip dari DW Indonesia, Rabu (18/4/2019), Presiden Joko Widodo, misalnya, tiba-tiba doyan naik transportasi publik, dari kereta komuter KRL Jakarta-Bogor, hingga moda transportasi terbaru MRT.

Dengan kalem, Jokowi menjajal naik MRT "sebagai penumpang biasa” (demikian klaimnya di Twitter) setelah sebelumnya naik bus Transjakarta, turun di depan Hotel Pullman, jalan kaki ke Stasiun Bundaran HI, lalu naik MRT ke Lebak Bulus.

Lawan Jokowi pun tak kalah gesit. Prabowo dan Sandi bertemu dengan segala jenis lapisan masyarakat. Memang sudah waktunya jor-joran kampanye. Pasangan capres-cawapres dari dua kubu Jokowi-Maruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno secara resmi memulai kampanye terbuka Minggu, 24 Maret lalu. Pasangan calon nomor urut 01 memulai kampanye Pilpres 2019 di Zona B, sementara paslon 02 mengawali kampanye di Zona A.

Sebenarnya pemilu yang digelar nanti tak hanya memilih presiden dan wakilnya. Pagelaran politik lima tahunan ini juga memilih sejumlah orang yang tak kalah pentingnya, yakni anggota DPR-RI, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD Kabupaten/Kota, dan anggota DPD. Hanya saja yang gampang terlihat, rakyat sepertinya paling bersemangat menunjukkan dukungan atau justru kebencian untuk urusan capres dan cawapres. Apalagi di jagat media sosial.

Dari mulai perang tagar di Twitter, berbagi meme, hingga berita-berita yang tak jelas sumber dan kebenarannya disebar di grup WhatsApp. Doa-doa dan ucapan selamat pagi yang disampaikan di grup WhatsApp keluarga atau alumni sekolah pun dilengkapi dengan puja-puji kandidat presiden dan wapres yang didukung, bersaing dengan caci-maki yang dilempar pendukung saingan. Panggilan "cebong”, "kampret” berseliweran tak putus-putus.

Saat jelang pilpres ini, suasana memang makin panas. Perpecahan konflik antarwarga semakin banyak terjadi. Perbedaan pilihan politik yang kerap diwarnai politik identitas tak hanya menciptakan potensi konflik agama, tapi juga perpecahan dalam pertemanan, bahkan keluarga.

Tahun 2014 dikabarkan angka perceraian tetiba melonjak tinggi menjelang pemilu, seperti dikemukakan Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa pada acara rapat koordinasi Muslimah NU dan BKKBN di kantor BKKN saat itu. Meskipun mungkin ada juga sedikit kelegaan soal penyebab perceraian. Perceraian jelang pilpres tahun 2014, menurut laporan, tidak lagi didominasi kekerasan dalam rumah tangga atau perselingkuhan, tapi disebabkan oleh perbedaan politik.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2ULX3sk

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Tenang, Pemilu Bukan Akhir Segalanya"

Post a Comment

Powered by Blogger.