Tak sekedar menurunkan luasan kawasan kumuh, Pemkab Purbalingga berharap kawasan kumuh bisa menjadi kampung warna yang indah. Ada pula proyeksi untuk menjadikan kampung warna menjadi kampung wisata, seperti yang sudah ada di Kampung Warna Bobotsari, Purbalingga.
"Jadi dari 32,39 hektare, dengan intervensi APBD dan APBN ditarget menurun 4,76 hektare tahun 2019. Kami mewacanakan, tidak hanya kampung warnanya, tetapi penanganannya lebih secara komprehensif," ucap Teguh.
Wacana kampung warna itu sebenarnya hanya instrumen atau cara untuk upaya mengubah perilaku hidup masyarakat. Menurut dia, terpenting saat memprogram pengentasan kawasan kumuh bukan pada bangunan atau program fisiknya, melainkan pada kebiasaan atau pola hidup masyarakatnya.
"Jadi sebuah kawasan yang layak huni, sehat, ya hijau lah. Kawasan dalam artian ukuran Purbalingga. Ya penginnya ke situ (kampung wisata)," dia menjelaskan.
Teguh mengungkapkan, tiap tahun selalu ada program pengurangan luasan kawasan kumuh di Purbalingga. Bentuk kegiatannya meliputi penyuluhan tentang pencegahan, penanganan langsung di titik-titik yang telah teridentifikasi.
Anggaran tersebut berasal dari APBD maupun APBN. Besaran anggaran untuk pengentasan kawasan kumuh per kelurahan berkisar Rp 200 juta. Dalam pelaksanaannya, program pengentasan kawasan kumuh didampingi oleh fasilitator kelurahan.
Kini, kawasan kumuh di Purbalingga adalah seluas 32,39 hektare. Kawasan kumuh berada di lima kelurahan yaitu di Purbalingga Wetan, Purbalingga Lor, Purbalingga Kidul, Kembaran Kulon dan Kandanggampang.
"Kita juga sudah studi banding ke Surabaya. Kita melihat pengelolaan agar bisa mengentaskan kawasan kumuh," dia menjelaskan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bocah di Kampung Ini Akrab dengan Ular-Ular Piton Raksasa Berbobot 3 Kwintal
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kebangkitan Permukiman Kumuh Jadi Kampung Warna 3 Dimensi di Purbalingga"
Post a Comment