Selama ini, Kabupaten Indragiri Hilir memang sering terjadi konflik manusia dengan harimau. Sejumlah satwa belang itu sudah ada yang dievakuasi dari lokasi konflik, sebut saja misalnya Bonita dan Atan Bintang.
Terkait keberadaan harimau di desa tersebut, masyarakat ternyata sudah pernah melihatnya satu setengah bulan belakangan. Ada juga beberapa kali perjumpaan di mana harimau sering menjauh ketika melihat manusia.
"Kami juga menerima video kemunculan, sejak itu juga sudah dilakukan sosialisasi agar ada pengurangan aktivitas di hutan itu," sebut Suharyono.
Sasaran sosialisasi utama adalah pekerja, khususnya penebang akasia yang sering keluar masuk HTI. Langkah ini dilakukan karena tidak mungkin harimau dievakuasi dari habitatnya.
Hasil pemeriksaan daftar hadir ketika sosialisasi berlangsung, ternyata korban tidak terdata. Berbeda dengan tujuh rekannya yang hadir saat sosialisasi menghadapi harimau berlangsung.
"Saat sosialisasi, kami himbau karyawan tidak bekerja sendirian, dan faktanya almarhum diterkam saat sendirian," jelas Suharyono.
Menurut Suharyono, tempat kejadian merupakan landscape atau wilayah jelajah harimau. Kawasan ini merupakan habitat satwa dipanggil Datuk Belang itu yang membentang dari Suaka Margasatwa Kerumutan.
"Makanya perlu kajian tindakan dilakukan kedepannya, di situ habitatnya," tegas Suharyono.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Penjelasan BBKSDA Riau soal Harimau Terkam Penebang Akasia Hingga Tewas"
Post a Comment