Liputan6.com, Caracas - Amerika Serikat (AS) mengatakan akan menarik semua staf diplomatik yang tersisa dari Venezuela. Keputusan itu diumumkan setelah Presiden Nicolas Maduro menuduh Presiden Donald Trump mendalangi rencana "setan" untuk memaksanya turun dari kekuasaan dengan melumpuhkan sistem kelistrikan negara itu dengan "serangan elektromagnetik imperialis."
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengumumkan keputusan untuk mengosongkan kedutaan besar AS di ibukota negara yang dilanda krisis, Caracas, Senin 11 Maret 2019 malam waktu lokal.
"Keputusan ini mencerminkan situasi yang memburuk di #Venezuela serta kesimpulan bahwa kehadiran staf diplomatik AS di kedutaan telah menjadi kendala pada kebijakan AS," twit Pompeo seperti dilansir The Guardian, Selasa (12/3/2019).
Musuh-musuh politik Maduro dan banyak analis percaya bahwa pemadaman listrik nasional yang melanda Venezuela --dan belum terselesaikan-- adalah hasil dari kesalahan manajemen, korupsi dan ketidakmampuan selama bertahun-tahun dari pemerintahan sang presiden.
"Kami berada di tengah bencana yang bukan akibat badai, itu bukan akibat tsunami," Juan Guaido, pemimpin oposisi yang berjuang untuk menjatuhkan Maduro, mengatakan kepada CNN pada hari Minggu.
"Ini adalah produk dari ketidakefisienan, ketidakmampuan, korupsi rezim yang tidak peduli dengan kehidupan rakyat Venezuela."
Namun dalam pidato nasional yang disiarkan televisi pada Senin 11 Maret 2019 malam, Maduro menunjukkan biang keladi ke Gedung Putih atas apa yang dikecam para kritikus sebagai upaya sinis untuk menangkis kritik terhadap tanggung jawab rezimnya.
"Pemerintah imperialis Amerika Serikat memerintahkan serangan ini," Maduro mengklaim dalam pidatonya selama 35 menit.
"Mereka datang dengan strategi perang yang hanya dipikirkan oleh para penjahat ini yang telah berperang dan telah menghancurkan rakyat Irak, Libya, Afghanistan dan Suriah."
Serangan Boneka dan Badut
Maduro menuduh AS telah melakukan serangan dengan "boneka dan badut" dari oposisi Venezuela - untuk menciptakan "keadaan putus asa, keinginan yang meluas atas konflik" yang akan membenarkan intervensi asing dan pendudukan militer terhadap Venezuela.
Tetapi Maduro, yang mewarisi revolusi Bolivarian Hugo Chavez setelah kematiannya tahun 2013, bersumpah bahwa serangan yang seharusnya terjadi terhadap jaringan Venezuela akan digagalkan.
"Kemenangan adalah milik kita," katanya.
"Yang bisa Anda yakini adalah bahwa lebih cepat nanti, dalam beberapa hari mendatang, kami akan memenangkan pertempuran ini secara pasti ... Kami akan menang - dan kami akan melakukannya untuk Venezuela. Kami akan melakukannya untuk tanah air kami. Kami akan melakukannya untuk Anda ... kami akan melakukannya karena hak kebahagiaan orang-orang kami."
Secara tak disengaja, ia meminta warga Venezuela dan kelompok-kelompok paramiliter pro-pemerintah yang dikenal sebagai colectivos untuk melawan serangan "imperialis".
"Waktunya telah tiba untuk resistensi aktif," katanya.
Maduro telah berjuang untuk bertahan hidup secara politik sejak Januari ketika Guaido menyatakan dirinya sebagai pemimpin sah Venezuela dan dengan cepat diakui sebagai presiden interim oleh lusinan negara barat termasuk Amerika Serikat dan Inggris.
Simak video pilihan berikut:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "AS Segera Tarik Habis Semua Staf Diplomatik dari Venezuela"
Post a Comment