:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1770900/original/049871100_1541674002-pixa.jpg)
Liputan6.com, Aceh - Bahasa memiliki beberapa ciri umum, salah satunya keunikan. Keunikan bahasa dapat ditemukan pada bahasa apa saja, termasuk bahasa Aceh.
Liputan6.com mengulas selapis keunikan bahasa Aceh. Ulasan mencakup penggolongan kata, termasuk hitungan, penyebutan bisul dan bau tak sedap.
Pertama, kata penggolongan 'ekor', misal satu ekor atau seekor. Orang Aceh tidak menyebut 'iku' atau 'ekor' tetapi 'boh' yang mewakili kata 'buah' dalam bahasa Indonesia, misal, sa boh manok, berarti satu ekor ayam.
Perlu diketahui, orang Aceh tidak punya penyebutan khusus untuk 'telur'. Telur digantikan 'boh' atau 'buah', misal boh manok berarti telur ayam, atau sa boh boh manok berarti satu butir telur ayam.
Menariknya, 'boh' juga berarti penis. Sementara pelir disebut kréh, dan boh kréh mencakup keduanya.
"Bahkan semua yang agak lonjong di bagian fisik manusia disebut buah, contoh boh idong hidung, boh mieng pipi. Demikian juga buah-buah juga di sebut 'boh' dalam bahasa Aceh. Contoh boh mamplam berarti mangga," jelas Hamdani Mulya, guru yang menulis buku 'Bahasa Indatu Nenek Moyang Ureueng Aceh' kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Sejatinya, 'boh' sebagai kata penggolong digunakan hampir untuk semua hitungan. Namun, untuk hitungan daun, pohon, dan biji-bijian, penyebutannya berbeda, misal satu helai atau sehelai daun disebut si oen bukan sa boh oen.
Untuk pohon, penyebutannya 'bak' atau batang dalam bahasa Indonesia, misal satu batang pohon disebut si bak sementara cabang pohon disebut krek atau si krek berarti satu cabang. Untuk bij-bijian, kacang, misalnya, digunakan are, contoh, si are berarti satu bambu.
Kata 'si' dalam kata 'si oen, si bak, atau si are' adalah bentuk terikat 'se' dalam bahasa Indonesia. Kata si-oen atau si-bak, dan pelbagai turunannya, seperti si-uroe, si-buleuen, si-thon, yang artinya satu hari, satu bulan, dan satu tahun, sejatinya ditulis terikat.
Contoh, sioen, sibak, siuroe, sibuleuen, dan sithon, jika pun dalam bahasan sebelumnya ditulis dengan bentuk tidak terikat, tujuannya agar lebih mudah diketahui mana pewatas dan mana inti frasa.
Ada baiknya pelajari bilangan dalam bahasa Aceh agar bahasan di atas bisa dipraktikkan. Bilangan satu sampai sepuluh dalam bahasa Aceh adalah, sa, dua, lhee, peut, limong, nam, tujoh, lapan, sikureueng, dan siploh, selanjutnya, ploh untuk puluhan, blah untuk belasan, reutoh untuk ratusan, dan ribee untuk ribuan.
from Berita Daerah dan Peristiwa Regional Indonesia Terbaru kalo berita gak lengkap buka link disamping https://ift.tt/2UJP0bbBagikan Berita Ini
0 Response to "'Boh', Ini Bahasa Aceh untuk Telur Bukan Alat Kelamin"
Post a Comment