Liputan6.com, Jayapura - Korban banjir bandang Sentani di Kabupaten Jayapura yang kehilangan anggota keluarganya tidak setuju dengan wacana pemakaman massal.
Kepala RS Bhayangkara, AKBP dr Heri Budiono, Rabu (20/3/2019) mengatakan, soal wacana pemakaman massal masih dibicarakan ulang, mengingat tidak semua keluarga setuju dengan usulan penguburan massal.
Heri menyebut, sampai saat ini proses identifikasi masih terus dilakukan, melalui data sekunder dan primer, yang biasa dilakukan melalui sidik jari dan gigi, serta ciri-ciri korban lainnya.
"Jika identifikasi tak berhasil dilakukan melalui data primer dan sekunder, maka langkah terakhir dengan menggunakan DNA," ungkap Heri.
Identifikasi korban, lanjut Heri, menjadi penting untuk proses santunan, hak waris, dan lain sebagainya.
"Makanya, soal wacana penguburan massal, masih dibicarakan ulang," katanya.
Terkait penyimpanan jenazah, Heri mengaku ruang pendingin bagi penempatan jenazah di RS Bhayangkara dalam keadaan mencukupi.
"Jika sudah dibersihkan, ditaruh di lemari pendingan, itu otomatis aman dan tak menggangu lingkungan sekitarnya," katanya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol AM Kamal menyebutkan, jenazah korban banjir bandang Sentani yang sudah berada di RS Bhayangkara sebanyak 82 kantong jenazah, dari jumlah yang ditemukan 100 korban meninggal dunia.
"Salah satu yang memudahkan identifikasi jenazah adalah jenazah itu sudah pernah melakukan perekaman E-KTP atau membuat SIM, jika belum pernah, pasti sidik jari dan dta lainnya tak akan muncul di Disdukcapil dan data Inafis,” kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol AM Kamal.
Sementara itu, Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal mengatakan, korban yang tak diketahui identitasnya akan dimakamkan secara massal. Tentu saja hal tersebut harus ada persetujuan dari keluarga korban yang masih kehilangan anggota keluarganya.
Rencananya, lokasi pemakaman berada di Kampung Harapan. "Tanahnya merupakan tanah adat dari Ondofolo yang akan digunakan sebagai lokasi pemakaman umum," jelas Klemen.
Pangdam XVII/Cen Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring menyampaikan, urusan pemakaman massal korban banjir bandang Sentani bukan suatu yang harus segera dilakukan, karena masih banyak persoalan lain yang jauh lebih penting yang harus dikerjakan, di antaranya pencarian dan evakuasi korban yang belum ditemukan, pelayanan pengungsi, hingga relokasi pengungsi.
Setelah masa tanggap darurat, lanjut Yosua, hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menangani normalisasi infrastruktur, khususnya jalan utama kabupaten yang sangat vital bagi lalulintas warga.
"Hal-hal itulah yang harusnya dipikirkan oleh Pemda dan tokoh adat dan tokoh masyarakat setempat," kata Yosua.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Keluarga Korban Banjir Bandang Sentani Tolak Pemakaman Massal"
Post a Comment