:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1880746/original/063881900_1518140505-20180209-Trump-AFP1.jpg)
Liputan6.com, Washington DC - Pada Senin 8 April 2019, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menetapkan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) sebagai organisasi teroris --menandai pertama kalinya AS mengklasifikasikan entitas pemerintah negara lain sebagai demikian.
Penetapan itu memungkinkan AS menetapkan serangkaian sanksi terhadap unit militer, perusahaan, individu, dan organisasi yang terkait dengan IRGC.
Menurut The New York Times, Badan Intelijen AS (CIA) dan para pejabat Kementerian Pertahanan menentang penunjukan itu, mengatakan itu akan "memungkinkan pejabat garis keras Iran untuk membenarkan operasi mematikan terhadap militer Amerika di luar negeri, terutama unit operasi khusus dan unit paramiliter yang bekerja di bawah CIA."
Tetapi, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan penasihat keamanan nasional John Bolton dilaporkan mendorongnya, dan akhirnya berhasil membujuk sang presiden.
Trump pada hari Senin mengatakan: "Langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, dipimpin oleh Kementerian Luar Negeri, mengakui kenyataan bahwa Iran bukan hanya Sponsor Negara untuk Terorisme, tetapi bahwa IRGC secara aktif berpartisipasi, membiayai, dan mempromosikan terorisme sebagai alat kenegaraan," demikian seperti dikutip dari BBC, Selasa (9/4/2019).
Presiden menambahkan bahwa langkah itu dimaksudkan untuk "secara signifikan memperluas ruang lingkup dan skala" tekanan terhadap Iran.
"Jika Anda melakukan bisnis dengan IRGC, Anda akan membiayai terorisme," kata Trump.
Tapi ironisnya dan yang belum diketahui khalayak luas adalah bahwa multikorporat yang dikelola oleh keluarga sang presiden, the Trump Organization diduga berpartisipasi dalam skema yang mungkin membantu IRGC mencuci uang dan mendapatkan senjata mereka, tulis Bess Levin dari the Vanity Fair, dikutip pada Selasa (9/4/2019).
Laporan itu dirinci dalam laporan investigasi yang luas sejak beberapa tahun terakhir.
Pada 2017, The New Yorker menerbitkan sebuah cerita tentang pengerjaan proyek pembangunan Trump Tower Baku, sebuah hotel di Azerbaijan yang tidak pernah dibuka dan tampaknya "menjadi operasi korup yang direkayasa oleh oligarki yang terikat dengan Korps Garda Revolusi Iran."
Menurut reporter The New Yorker, Adam Davidson pada 2012, Trump Organization menandatangani beberapa kontrak untuk membangun menara dengan keluarga Mammadov, dengan salah satu patriarki-nya, Ziya Mammadov, adalah Menteri Perhubungan pada saat itu. Ziya Mammadov digambarkan oleh seorang diplomat AS sebagai "sangat korup bahkan untuk Azerbaijan," yang merupakan salah satu negara paling korup di dunia.
Keluarga Mammadov secara finansial terkait dengan keluarga Darvishi, yang memiliki tiga anggota kerabat yang sangat dekat dengan IRGC.
Ketika menara itu awalnya diumumkan, Ziya Mammadov "memberikan serangkaian kontrak jutaan dolar kepada Azarpassillo, sebuah perusahaan konstruksi Iran" yang dijalankan oleh keluarga Darvishi.
Ivanka Trump, pejabat Trump Organization paling senior yang terlibat dalam proyek itu, mengunjungi situs tersebut pada Oktober 2014. Ia dilaporkan memilikii "perasaan yang sangat kuat, tidak hanya tentang desain tetapi tentang bagian belakang hotel - lansekap, semuanya." Ivanka, yang menolak permintaan komentar The New Yorker pada saat itu, dikatakan "menyetujui secara pribadi segalanya" tentang proyek.
from Berita Internasional, Sains, Feature, Kisah Inspiratif, Unik, dan Menarik Liputan6 kalo berita gak lengkap buka link di samping http://bit.ly/2UrQhYeBagikan Berita Ini
0 Response to "Trump Organization Diduga Punya Relasi Bisnis dengan Korps Garda Revolusi Iran"
Post a Comment